ANALISIS
DRAMA
PADA SUATU HARI
KARYA ARIFIN C NOER
Disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Bahasa
dan Sastra Imdonesia yang disampaikan
oleh
Riviewed by:
Asep
Wahid Latip Rohman
XII
IPS 2
JURUSAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KEMENTERIAN
AGAMA
MADRASAH
ALIYAH NEGERI RANCAH
TAHUN
AJARAN
2015
1.
SINOPSIS
sepasang suami istri yang sudah memasuki masa tua dan
baru saja menggelar acara ulang tahun pernikahan mereka. Sejak muda mereka
selalu bahagia dan selalu menjadi pasangan yang romantis hingga pada masa tua.
Sampai di suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun mereka. Si kakek
ingin mendengarkan si nenek menyanyi, karena dahulunya si nenek jago menyanyi,
kakek ingin mendengarkan suara si nenek. Tak lama kemudian datang seorang janda
seksi (Nyonya Wenas) berkunjung ke kediaman pasangan tua itu (nenek dan kakek),
nyonya Wenas datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf kepada kakek dan
nenek karena tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar itu. Nenek seketika
marah dan merasa kesal, karena yang nenek tahu nyonya Wenas tidak diundang oleh
nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang tahun pernikahan mereka. Nyonya
Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek menjadi penyebab utama kemarahan
nenek kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang merasa kesal, bertambah kesal
karena seketika Joni (pembantu rumah tangga) memberikan minuman susu dingin
yang diketahui bahwa minuman itu adalah kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa pikir
panjang, nenek saat itu juga meminta bercerai kepada kakek. Dengan segala cara
kakek memohon agar dimaafkan dan agar nenek menarik kembali perkataannya tapi
nenek tetap kuat dengan apa yang telah dilontarkannya.
Nenek dan kakek bertengkar sejadi-jadinya, tiba-tiba
datang Nita (anak tertua nenek dan kakek) berkunjung menemui kedua orang
tuanya. Nita hanya terdiam mendengan dan melihat pertengkaran nenek dan kakek.
Dan Novia adik Nita datang dengan membawa pakaian-pakaiannya. Novia yang
ternyata juga sudah meminta cerai kepada suaminya (Vita) karena cemburu
berlebih kepada pasien suaminya itu. Karena, tidak mau rumah tangga anaknya
rusak. Nenek mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara
tiba-tiba, dan memikirkan kembali demi masa depan anak-anaknya. Seolah tidak
ada masalah apapun nenek menasehati Novia agar tidak bercerai dengan kakek.
Akhirnya masalah di antara nenek dan kakek terhapus begitu saja karena anaknya
Novia. Dan di akhir cerita, anak-anak novia di bawa pergi oleh vita ketika
anak-anaknya sedang bermain di kolam bersama Joni.
2.
Flot
a.
Eksposisi
Cerita ini di awali dengan kisah nenek dan kakek yang
sedang saling memandang di mulai dari mereka seperti sepasang kekasih, menjadi
pengantin dengan berlatar di sofa ruang tamu rumahnya. Dengan bukti dialog
sebagai berikut :
Kakek :
Sekarang kau nyanyi.
Nenek
menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek :
Seperti dulu.
Nenek
menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek :Nyanyi
seperti dulu.
Nenek
: Malu
Kakek :
Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek : Habis
kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek :
Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah
mengejek
kau lagi.
Nenek :
Saya tidak mau menyanyi.
Kakek :
Kapanpun?
Nenek : Kapanpun.
Kakek :
Juga untuk saya.
Nenek : Juga
untuk kau.
Kakek :
Sama sekali?
Nenek : Sama
sekali.
b.
Komplikasi
Awal permasalahan dimulai ketika Nyonya Wenas datang
berkunjung ke rumah nenek dan kakek yang membuat nenek merasa cemburu dan marah
kepada kakek. Sampai nenek memutuskan untuk ingin bercerai dengan kakek.
Pesuruh : Ada
tamu, nyonya besar.
Nenek : Siapa?
Pesuruh : Nyonya
Wenas, nyonya.
Nenek : (Melirik
pada Kakek) Nyonya janda itu (kepada pesuruh)
Sebentar saya
kedepan.
Pesuruh exit.
Nenek : Kau
surati dia?
Kakek : Tidak.
Nenek : Kau
bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
Kakek : Saya
tidak tahu.
Nenek : Kau
bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
c.
Klimaks
Puncak masalah terjadi ketika anak-anak kakek dan nenek
datang berkunjung untuk mengutarakan masalahnya. Terutama Novia anak kedua
nenek dan kakek yang menceritakan keluh kesahnya dan ingin bercerai dengan Vita
suaminya. Pada saat itu masalah semakin rumit.
Kakek : Begitu
Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal
Ibumu.
Novia : Pak…..
Kakek : Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia : Anak-anak.
Kakek : Mana mereka?
Novia : Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek : Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia : Anak-anak.
Kakek : Mana mereka?
Novia : Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek :(Setelah
berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau
kau juga
sebagai anak tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan
kesedihan berlarut-larut.
Novia : Soal apa
pak?
Nita : Ibu Purik. Ibu marah.
Novia : Kenapa?
Nita : Ibu Purik. Ibu marah.
Novia : Kenapa?
Kakek : Itulah
dengarkan saya (berfikir). Begini.
Soalnya sepele dan tidak
bermutu.
Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya
tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia : Bapak
tidak mau mengalah?
Kakek : Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah
Kakek : Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah
malah.
Novia : Buang saja kaktus itu.
Nita : Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek : Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan
Novia : Buang saja kaktus itu.
Nita : Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek : Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan
minta
cerai.
Novia : Minta cerai?
Kakek : Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga
Novia : Minta cerai?
Kakek : Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga
diselesaikan
surat-suratnya.
Novia : Ibu?
Nita : Ya, seperti kau sekarang.
Kakek : Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai?
Novia : Ibu?
Nita : Ya, seperti kau sekarang.
Kakek : Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai?
Dari siapa?
Nita : Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Nita : Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek : Kau dan ibumu memang satu jiwa.
D.
Penyelesaian
Ketika Novia
berkata bahwa Novia akan meminta cerai kepada Vita, saat itu nenek tersadar
bahwa bercerai adalah bukan hal yang baik. Maka dari itu, nenek mengingatkan
Novia untuk tidak mengambil keputusan secara mendadak dan menarik kembali apa
yang dikatakannya. Seketika itu pula, Novia mulai tersadar. Bahwa masih ada
anaknya yang harus diperhatikan oleh kedua orang tuanya.
Nenek :Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa jadinya
nanti kalau
kau jadi berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya
hidupmu?
Nita :Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan
Feri akan kehausan cinta
sebab mereka
tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek :Fikirkan baik-baik, sayangku.
Singkirkan kegelapan yang
dibenihkan
setan cemburu.
Kakek :Apa kira
surat talak itu cek?
Nenek :Tuhanku,
limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia,
tidakkah
kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek :Ayah dan ibumu berumah tangga
selama setengah abad, tanpa
sedikitpun
membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam
dapurnya.
Nenek :Kami
bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek :Apa kau
pernah mendengar Hawa minta talak kepada Adam?
Berkacalah
kepada ibu dan Ayahmu. Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek :Kami
bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek :Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek :Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek :Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek :Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek :Kau
sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia
bunuh diri
demi cintanya kepada Jayaprana.
Nenek :Bacalah
semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita
yang
manjur.
Kakek :Demi
menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan
tenang.
Nita :Dan demi
kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia
dengan
Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau memuaskan kebahagiaan
itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri
karena saya dan suami saya tidak pernah diberkahi anak?
E.
KataStrope
Katastrope cerita dalam drama
ini berakhir sedih dan meninggalkan tanda tanya besar, sebab suami novia belum
menghadap kakek dan nenek tentang masalah perceraiannya dengan novia.
3.
Tokoh dan Penokohan
a.
Kakek : Kakek dalam cerita ini adalah
sebagai tokoh utama yang memiliki sifat bijak, penyayang dan sulit ditebak.
Terlihat ketika Nyonya Wenas datang berkunjung dan terdapat beberapa rahasia
yang masih disimpan oleh kakek.
b.
Nenek : terdapat dua tokoh utama yang saya
dapati dalam cerpen ini. Nenek sebagai tokoh utama yang memiliki sifat
pencemburu, bijak, juga penyayang terhadap anak-anaknya.
c.
Nyonya Wenas : Tokoh
nyonya Wenas sebagai pemeran pengganggu di sini, sangat bisa membuat konflik di
antara kakek dan nenek. Tidak begitu banyak karakter nyonya Wenas yang saya
dapat dari keterbacaan saya karena nyonya Wenas hanya ditunjukan pada beberapa
sekuen untuk menimbulkan konflik. Namun, di sana terlihat nyonya Wenas yang
sedikit centil mungkin dikarenakan nyonya Wenas adalah janda dan mantan kekasih
kakek juga.
d.
Novia :
Anak kedua nenek dan kakek ini sifatnya tidak jauh dengan nenek (ibunya), Novia
terlalu cepat mengambil keputusan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi
setelahnya. Tetapi Novia juga memiliki sifat yang penyayang.
e.
Nita : Nita tidak jauh halnya dengan ayahnya, Nita
memiliki sifat yang bijak. Karena Nita hanya pemeran pembantu, karakter Nita
hanya sedikit yang ditunjukkan.
f.
Pesuruh : amanat, jujur dan lalai
g.
Arba, Sopir : amanat dan jujur
4.
Dialog
Kakek dan nenek mempunyai
konflik setelah nyonya wenas datang ke acara ulang tahun pernikahan mereka.
Karena si kakek membahas masa lalaunya dengan nyonya wenas.
Kakek :Kenapa kau
diam begitu?
Nenek : diam saja.
Kakek : Kenapa kau begitu diam?
Nenek : Kau juga begitu.
Kakek :Kenapa?
Nenek : Kau juga kenapa?
Kakek : Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan
Nenek : diam saja.
Kakek : Kenapa kau begitu diam?
Nenek : Kau juga begitu.
Kakek :Kenapa?
Nenek : Kau juga kenapa?
Kakek : Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan
kata-kata seru.
Nenek : Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-
bunga pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.
Kakek : Sejak muda kau begitu yakin
seakan saya pernah punya
hubungan
percintaan dengan perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil
menciptakan tokoh yang fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata dalam diri
kau sehingga tokoh
itu mampu mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek : Bukan fantastis. Tapi memang dia
tokoh fantasi kau
bahkan
sampai saat kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman
kesukaannya begitu dia datang.
Kakek : Siapa?
Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?
Nenek : Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda
Nenek : Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda
itu
datang.
Kakek : Tidak.
Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek :Kau lakukan itu ketika saya sedang
menemui dia tadi
ketika kau
menyingkir dari dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi ke kamar baca.
5.
Latar/setting
Tempat :
Latar tempat yang digunakan pada cerita pendek tersebut adalah
bertempat di sebuah ruang tamu rumah
Waktu :
Sedangkan, latar waktu tidak begitu tampak sehingga saya tidak
begitu tahu latar waktu yang dipakai. Tapi
menurut pemikiran saya waktu yang dipakai adalah pada siang hari pada hari
libur.
Suasana : Terdapat suasana keceriaan dan
kebahagiaan ketika nenek dan
kakek sedang bercengkrama di ruang tamu rumahnya pada awal cerita.
Kemudian suasana itu seketika menjadi berubah pada saat Nyonya Wenas hadir di
rumah mereka, suasana menjadi sangat dingin terlihat beberapa kekesalan pada
diri nenek, sehingga membuat nenek ingin bercerai dari kakek.
6. Tema
Tema Pokok : Kekeluargaan
Tema Penunjang :
7. Amanat
Drama yang diciptakan Arifin
ini sangat mempunyai pesan moral yang tinggi, menyikapi banyaknya sebuah kata
perceraian yang terjadi dewasa ini yang
didasari oleh perasaan cemburu, hal sepele yang tentunya tidak perlu
lagi ada dalam kalimat rumahtangga. Banyak asumsi yang mengatakan, bahwa sebuah
pernikahan ibarat seperti sebuah mainan saja oleh sebagian besar orang yang
tentunya tidak memiliki keseriusan dalam menjalani bahtera rumah tangganya.
Peran seorang saudara atau orang tua kerap kali dapat menyelamatkan sebuah
pernikahan, namun apakah yang terjadi jika tidak ada orang tua atau pun
saudara? Apakah perceraian akan tetap terjadi.
Kuncinya adalah pada diri kita,
sebagai manusia tentu bersinggungan dengan orang jelas terjadi, namun bagai
mana kita menyikapi akan hal yang tentunya tidak perlu kita rasakan kepada
orang-orang yang kita sayangi. Pikirkan lah dalam segalah hal yang akan terjadi
jika sebuah perceraian terjadi, terlebih jika dalam rumah tangga itu telah
memiliki anak yan tidak tahu pasti
tentang masalah yang dialami kedua orang tuanya. Beban psikis tentunya akan
benar –benar dirasakan oleh anak walau secara fisik mereka tidak memperlihatkan
itu semua. Yang paling serius adalah sebuah tindakan yang tidak tepat saat
memilih jalan.
8. Interpretasi kehidupan
Berdasarkan hasil
analisis saya, drama ini sangant menginterpretasikan keh
TEMA : Kekeluargaan
PARA TOKOH DAN PENOKOHAN:
Nenek : pencemburu, penyindir, penasehat, romantis dan keras
kepala.
·
“Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada
gunanya.
Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.”
·
“Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya
sakit.”
·
“Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.”
·
“Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran kita.”
·
“Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai saat kau
tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman kesukaannya
begitu dia datang.”
·
“Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.”
Kakek :
jujur, penasehat,
dan romantis
·
“Saya memang pintar berkhayal. Setiap kali saya menonton saya selalu
mengkhayalkan adegan ciuman secara amat terperinci.”
·
“Kausendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura tidak kenal kepada
nyonya itu.”
·
“Katakan bidadariku apa yang……..”
Pesuruh : amanat,
jujur dan lalai
·
“Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya
tahu nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.”
·
“Terus terang sudah dua kali, nyonya.”
·
“Ayo lita nonton ikan.”
Joni dan Meli
dan Feri masuk ke dalam.
Janda, NyonyaWenas : Penyindir dan penggoda
·
“Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing saya juga
ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison
agak parah sakitnya.”
·
“Terima kasih (Sambil pergi) Bisonku.”
Arba, Sopir : amanat dan jujur
·
munculSopirArbamembawabeberapakoperdantasmeletakkan
di sana, tidak lama kemudianmunculNoviadengananak-anaknya, MelidanFeri.
·
“Papanya sendiri yang menculik, kira-kira
seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak
Meli dan Feri pulang.”
Novia : pencemburu,
berburuk sangka dan keras kepala
·
“Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.”
·
“Ibu, saya cemburu.”
·
“Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya perasaan
saya melihat tingkah Vita terhadap
pasiennya yang pura-pura sakit itu.?”
Nita : penasehat
·
“Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa jernih mata
anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.”
·
“Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan tenang.
Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak sepatahpun kata yang
dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari suamimu. Kalau kau mau jujur
sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-prasangkamu sendiri saja. Coba.
Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan perempuan-perempuan lain
atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada suamimu?”
Meli
Feri
Vita
Icih
AMANAT
Drama yang diciptakan Arifin ini sangat mempunyai pesan
moral yang tinggi, menyikapi banyaknya sebuah kata perceraian yang terjadi
dewasa ini yang didasari oleh perasaan
cemburu, hal sepele yang tentunya tidak perlu lagi ada dalam kalimat
rumahtangga. Banyak asumsi yang mengatakan, bahwa sebuah pernikahan ibarat
seperti sebuah mainan saja oleh sebagian besar orang yang tentunya tidak
memiliki keseriusan dalam menjalani bahtera rumah tangganya. Peran seorang
saudara atau orang tua kerap kali dapat menyelamatkan sebuah pernikahan, namun
apakah yang terjadi jika tidak ada orang tua atau pun saudara? Apakah
perceraian akan tetap terjadi.
Kuncinya adalah pada diri kita, sebagai manusia tentu
bersinggungan dengan orang jelas terjadi, namun bagai mana kita menyikapi akan
hal yang tentunya tidak perlu kita rasakan kepada orang-orang yang kita
sayangi. Pikirkan lah dalam segalah hal yang akan terjadi jika sebuah
perceraian terjadi, terlebih jika dalam rumah tangga itu telah memiliki anak yan tidak tahu pasti tentang masalah
yang dialami kedua orang tuanya. Beban psikis tentunya akan benar –benar
dirasakan oleh anak walau secara fisik mereka tidak memperlihatkan itu semua.
Yang paling serius adalah sebuah tindakan yang tidak tepat saat memilih jalan.
Dari hari demi hari perceraian banyak terjadi, mulai dari
rasa cemburu yang belum tentu kebenarannya, dengan emosi saat menyelesaikan,
yang ada hanyalah saling baku lontar kejelekan pasangan, lalu bagai mana dengan
ucapan-ucapan manis mereka sebelum menikah? Apakah mereka akan menjilat lagi
itu semua. Setidaknya bukan hanya diperuntukan bagi yang sudah menikah saja.
Kita yang belum menikah tentunya bisa menjadi modal dasar kita untuk lebih siap
dan hati-hati dalam memilih seorang pasangan hidup. Tidak hanya manis dimuka,
tapi cobalah menjadikan hidupmu manis disetiap waktuanya. Agar kata-kata
perceraian tidak lagi terucap di kemuadian hari.
Jika kita mengintip kisah cinta di novel yang dimana
didalamnya terdapat sebuah cinta yang begitu setianya hingga melahirkan
keluarga yang begitu bahagia, alangkah indahnya dan bahagia kita melihat itu,
tidakkah kita ingin seperti dalam cerita itu? Menjalani hidup dengan perasaan saling
percaya, hingga maut yang memisahkan keduanya.
Pengarang mengharapkan adanya kesadaran dari individu
tentang cara untuk menanggapi sebuah permasalahan dalam rumah tangga, harus
dengan pemikiran yang mantap sebelum memutuskan suatu keputusan, kita dilatih
menahan sebuah emosi dalam menyelesaikan persoalan. Banyak dari sebuah hubungan
termasuk dalam rumah tangga yang mengalami kebuntuan dalam memecahkan
masalahnya,
Biografi ARIFIN C.
NOER
Arifin C. Noer Lahir tanggal 10 maret 1941, dari keluarga
tukang sate di Cierbon, Jawa Barat. Ia meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995
di Jakarta. Slah seorang Sutradara Teater terkemuka ini juga handal sebagai
penulis drama. Karya-karya monumentalnya seperti : Kapai-kapai, Sumur Tanpa Dasar, Mega-mega,
Dalam bayangan Tuhan dan lain-lain, banyak dipentaskan oleh berbagai kelompok
Teater, baik di dalam maupun di luar Negri. Kariernya sebagai penulis lakon
dimulai sejak menjadi mahasiswa di Surakarta. Ketika itu ia aktif dalam group
Teater Muslim pimpinan Muhamad Dipenogoro, dan ia pun dikenal pernah bergabung
dengan Rendra.
Sebagai penulis naskah dan sutradara Teater, Arifin
merupakan fenomena yang menarik dalam khasanah perkembangan teater
modernIndonesia. Selain giat mengembangkan apa apa yang disebutnya teater eksperimental,
Arifin juga menjadikan kekayaan teater tradisi Indonesia sebagai sumber
kreativitas. Maka, tak ayal banyak pengamat yang mengatakan bahwa teater Arifin
adalah teater modern Indonesia yang meng- Indonesia.
Dunia film mulai dirintisnya dengan menjadi suradara film
yang Suci Sang Primadonna pada tahun 1977, setelah sebelumnya ia dikenal
sebagai penulis skenario. Dengan modal bakat menyutradarai dan menulis naskah
yang luar biasa, dunia Filmpun memberi prestasi dengan menyabet piala Citra
diantaranya lewat Film : Taxi dan Serangan Fajar. Film-filmnya, selain menarik
secara tematik dan artistik juga ada yang sangat digemari masyarakat, yaitu :
Pemberontakan G. 30. S. PKI dan Taxi. Adapun Film-filmnya yang lain adalah:
Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa, Harmonikaku, Biarkan Bulan Itu, Bibir Mer dan
sinetron antara lain : Sebuah Pintu Sebuah Kalbu, Bulan Dalam Baskom dan Keris.
Selain sebagai penulis naskah dan sutradara teater dalam
film, Arifin C. Noer adalah pendiri Teater Ketjil, pemikir kesenian dan sarjana
sosial. Ia menerima SEA Writer Award dari Thailand serta menjadi penceramah dan
memberikan workshop teater di dalam maupun luar negri. Pada tahun 1972, ia
menerima anugerah seni dari pemerintah Republik Indonesia.
ANALISIS NASKAH DRAMA PADA SUATU HARI KARYA ARIFIN C NOOR
1. Sinopsis
Cerpen ini bercerita tentang sepasang suami istri yang
sudah memasuki masa tua dan baru saja menggelar acara ulang tahun pernikahan
mereka. Sejak muda sampai saat itu mereka selalu bahagia dan selalu menjadi pasangan
yang romantis. Sampai di suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun
mereka. Datang seorang janda seksi (Nyonya Wenas) berkunjung ke kediaman
pasangan tua itu (nenek dan kakek), nyonya Wenas datang berkunjung bermaksud
untuk meminta maaf kepada kakek dan nenek karena tidak bisa hadir diacara yang
mereka gelar itu. Nenek seketika marah dan merasa kesal, karena yang nenek tahu
nyonya Wenas tidak diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang
tahun pernikahan mereka. Nyonya Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek
menjadi penyebab utama kemarahan nenek kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang
merasa kesal, bertambah kesal karena seketika Joni (pembantu rumah tangga)
memberikan minuman susu dingin yang diketahui bahwa minuman itu adalah kesukaan
Nyonya Wenas. Tanpa pikir panjang, nenek saat itu juga meminta bercerai kepada
kakek. Dengan segala cara kakek memohon agar dimaafkan dan agar nenek menarik
kembali perkataannya tapi nenek tetap kuat dengan apa yang telah
dilontarkannya.
Nenek dan kakek bertengkar sejadi-jadinya, tiba-tiba
datang Nita (anak tertua nenek dan kakek) berkunjung menemui kedua orang
tuanya. Nita hanya terdiam mendengan dan melihat pertengkaran nenek dan kakek.
Dan Novia adik Nita datang dengan membawa pakaian-pakaiannya. Novia yang
ternyata juga sudah meminta cerai kepada suaminya (Vita) karena cemburu
berlebih kepada pasien suaminya itu. Karena, tidak mau rumah tangga anaknya
rusak. Nenek mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara
tiba-tiba, dan memikirkan kembali demi masa depan anak-anaknya. Seolah tidak
ada masalah apapun nenek menasehati Novia agar tidak bercerai dengan kakek.
Akhirnya masalah di antara nenek dan kakek terhapus begitu saja karena anaknya
Novia. Dan di akhir cerita, anak-anak novia di bawa pergi oleh vita ketika
anak-anaknya sedang bermain di kolam bersama Joni.
2. Alur
Alur yang disajikan pada cerpen Pada Suatu Hari ini
bersifat maju. Karena, terlihat di awal cerita yang menceritakan nenek dan
kakek ketika masih muda, lalu menikah, mempunyai anak, lalu tua. Hingga
akhirnya menceritakan masalah yang ada dalam keluarga mereka sampai datang
masalah baru dengan anaknya Novia.
3. Struktur
Dramatik
a. Eksposisi
Cerita ini di awali dengan kisah nenek dan kakek yang
sedang saling memandang di mulai dari mereka seperti sepasang kekasi, menjadi
pengantin dengan berlatar di sofa ruang tamu rumahnya.
b. Komplikasi
Awal permasalahan dimulai ketika Nyonya Wenas datang
berkunjung ke rumah nenek dan kakek yang membuat nenek merasa cemburu dan marah
kepada kakek. Sampai nenek memutuskan untuk ingin bercerai dengan kakek.
c. Klimaks
Puncak masalah terjadi ketika anak-anak kakek dan nenek
datang berkunjung untuk mengutarakan masalahnya. Terutama Novia anak kedua
nenek dan kakek yang menceritakan keluh kesahnya dan ingin bercerai dengan Vita
suaminya. Pada saat itu masalah semakin rumit.
d. Resolusi
Ketika Novia berkata bahwa Novia akan meminta cerai
kepada Vita, saat itu nenek tersadar bahwa bercerai adalah bukan hal yang baik.
Maka dari itu, nenek mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara
mendadak dan menarik kembali apa yang dikatakannya. Seketika itu pula, Novia
mulai tersadar. Bahwa masih ada anaknya yang harus diperhatikan oleh kedua
orang tuanya.
e. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari cerpen ini adalah
kisah cinta nenek dan kakek yang tak terpisahkan sekalipun sudah beberapa kali
cobaan menghampiri rumah tangga mereka. Nenek dan Kakek yang selalu memikirkan
keadaan anak-anak dan cucunya.
4. Tokoh
Cerita / Karakter
Pada cerita pendek tersebut terdapat beberapa tokoh di
antaranya:
a. Kakek :
menurut keterbacaan saya, Kakek dalam cerpen ini adalah sebagai tokoh utama
yang memiliki sifat bijak, penyayang dan sulit ditebak. Terlihat ketika Nyonya
Wenas datang berkunjung dan terdapat beberapa rahasia yang masih disimpan oleh
kakek.
b. Nenek :
terdapat dua tokoh utama yang saya dapati dalam cerpen ini. Nenek sebagai tokoh
utama yang memiliki sifat pencemburu, bijak, juga penyayang terhadap
anak-anaknya.
c. Nyonya
Wenas : Tokoh nyonya Wenas sebagai
pemeran pengganggu di sini, sangat bisa membuat konflik di antara kakek dan
nenek. Tidak begitu banyak karakter nyonya Wenas yang saya dapat dari
keterbacaan saya karena nyonya Wenas hanya ditunjukan pada beberapa sekuen
untuk menimbulkan konflik. Namun, di sana terlihat nyonya Wenas yang sedikit
centil mungkin dikarenakan nyonya Wenas adalah janda dan mantan kekasih kakek
juga.
d. Novia :
Anak kedua nenek dan kakek ini sifatnya tidak jauh dengan nenek (ibunya), Novia
terlalu cepat mengambil keputusan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi
setelahnya. Tetapi Novia juga memiliki sifat yang penyayang.
e. Nita :
Nita tidak jauh halnya dengan ayahnya, Nita memiliki sifat yang bijak. Karena
Nita hanya pemeran pembantu, karakter Nita hanya sedikit yang ditunjukkan.
5. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada cerpen Pada Suatu
Hari ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti mungkin karena latar
waktu yang dipakai adalah waktu di zaman sekarang. Sehingga memudahkan pembaca
untuk mengerti makna dari cerpen tersebut.
6. Tema
Tema pada cerpen ini adalah tentang kekeluargaan.
Bagaimana kisah sebuah keluarga yang saling membantu satu sama lain, dan
pasangan nenek dan kakek yang tetap romantis sekalipun banyak kaktus yang
menghampiri pernikahan mereka.
7. Dorongan
/ Motivasi
Ada beberapa dorongan moral yang terdapat pada cerita
ini, diantaranya adalah bagaimana kita harus mempertahankan rumah tangga.
Karena belakangan ini marak sekali terjadinya perceraian hanya karena hal
sepele. Banyak pasangan yang mempermaikan pernikahan. Selain itu, cerpen ini
juga memberikan motivasi kepada kita selaku pembaca untuk berbicara baik dan
sopan terhadap orang tua. Belakangan ini banyak sekali anak yang sudah tidak
melihat tempat pada siapa ia berbicara, karena termakan oleh sinetron-sinetron
picisan yang bisa merusak moral dan tata bahasa generasi muda sekarang.
8. Latar
Latar tempat yang digunakan pada cerita pendek tersebut
adalah bertempat di sebuah ruang tamu rumah. Sedangkan, latar waktu tidak
begitu tampak sehingga saya tidak begitu tahu latar waktu yang dipakai. Tapi
menurut pemikiran saya waktu yang dipakai adalah pada siang hari pada hari
libur. Banyak suasana tercipta pada cerpen tersebut. Terdapat suasana keceriaan
dan kebahagiaan ketika nenek dan kakek sedang bercengkrama di ruang tamu
rumahnya pada awal cerita. Kemudian suasana itu seketika menjadi berubah pada
saat Nyonya Wenas hadir di rumah mereka, suasana menjadi sangat dingin terlihat
beberapa kekesalan pada diri nenek, sehingga membuat nenek ingin bercerai dari
kakek. Kesedihan diperparah kembali dengan datangnya Novia yang membawa cerita
mengenai rumah tangganya yang diujung tanduk. Ketegangan terjadi ketika Novia
mengetahui kedua anaknya diculik oleh ayahnya sendiri. Di akhir cerita tidak
tampak jelas bagaimana suasana yang ada pada cerita tersebut.
Analisis Dialog Tokoh dan Hubungan Antar Tokoh
dalam Naskah Pada Suatu Hari Karya Arifin C. Noor
Sandro Tyas 110212404932
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan jelmaan dari kehidupan
nyata manusia. Memahami satra hampir sama nilainya dengan memahami hidup orang
yang melahirkan sastra. Karya sastra yang
dikategorikan menjadi prosa, puisi dan naskah drama mempunyai jiwa tersendiri
dalam aplikasinya. Tidak seperti puisi dan prosa, naskah drama perlu
diaplikasikan bersama orang yang menjadi tokoh lain dalam sebuah pementasan
meskipun dalam kenyataannya ada pementasan naskah drama yang dilakukan
sendiri. Sastra dianggap sebagai hal
yang istimewa karena perpaduan imajinasi, kreativitas, kecakapan, pengetahuan,
serta wawasan yang luas.
Dari ketiga jenis karya sastra ini, drama merupakan karya sastra yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Drama terlahir dari penulis yang terinspirasi oleh realita dari kehidupan masyarakat sekitar penulis, baik dari pengalaman penulis sendiri maupun pengalaman orang lain. Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu seperti dekor, kostum, rias, lampu, musik, serta disaksikan oleh penonoton.
Dari ketiga jenis karya sastra ini, drama merupakan karya sastra yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Drama terlahir dari penulis yang terinspirasi oleh realita dari kehidupan masyarakat sekitar penulis, baik dari pengalaman penulis sendiri maupun pengalaman orang lain. Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu seperti dekor, kostum, rias, lampu, musik, serta disaksikan oleh penonoton.
Drama
yang termasuk sastra modern terbentuk dari beberapa unsur yang saling berkaitan
dan saling mendukung. Unsur-unsur pembentuk drama ada dua, yaitu unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Adapun kajian yang menjadi fokus pada makalah
ini adalah tentang “Dialog Antar Tokoh dan
Hubungan Antar Tokoh dalam Naskah Drama Karya Arifin C. Noer”. Hal penting dilakukannya kajian terhadap
unsur-unsur pembentuk drama yaitu untuk mengetahui pesan yang hendak
disampaikan pengarang dalam naskah drama, dan akan terwujud setelah nantinya
menelaah satu
persatu unsur drama serta ditariknya kesimpulan dari kajian ini.
Rumusan Masalah
Makalah
ini akan membahas masalah-masalah berkaitan dengan naskah drama berkaitan
dengan dialog tokoh dan karakternya. Berikut rumusan masalah:
a.
apakah isi naskah drama Pada Suatu Hari?
b.
bagaimana karakter tokoh dilihat dari dialognya?
c.
bagaimana hubungan antar tokoh berdasar dialognya?
Tujuan Penulisan
Makalah
ini diharapkan dapat memberi pengertian pembaca tentang naskah drama Karya
Arifin C. Noer. Secara terperinci, beriut tujuan penulisan makalah ini:
a.
mengetahui isi naskah drama Pada Suatu Hari
b.
mengetahui karakter tokoh dari dialognya
c.
mengetahui hubungan antar tokoh berdasarkan dialognya.
Isi Naskah Drama Pada Suatu Hari
Naskah Drama Pada Suatu Hari ini mengisahkan
kehidupan keluarga besar dengan semua masalahnya. Kecemburuan, kebersamaan, dan
saling melengkapi. Secara sederhana pengarang menggambarkan masalah dalam
keluarga menjadi sebuah alur cerita yang menarik untuk di sajikan dalam sebuah
pementasan drama.
Seorang kakek, sekaligus seorang ayah bagi anak an
cucunya menyimpan masa lalu yang tidak bisa disembunyikan bahkan hingga tua,
yakni masa lalunya dengan kekasihnya terdahulu. Masa
lalu itu terkenang dengan menyimpan sebuah jenis tanaman kaktus di dalam kamar
mandi keluarga tersebut. Sementara itu, si nenek yang ingin mengenag
masa-masa indah bersama suaminya tidak dapat terpuaskan karena si kakek tidak
bersedia mendendangkan sebuah lagu untuknya. Gambaran lagu dan penolakan dalam
naskah drama ini menunjukkan betapa adanya penolakan batin dari sepasang
kakek-nenek ini semenjak perkenalan hingga saat ini. Pergolakan bain yang
terjadi pada keuanya sukar diakhiri karena sudah erlalu tua untuk memisahkan
diri, ada anggapan dan perasaan tidak enak terhadap anak dan cucunya.
Pertimbangan anak dan cucu menjadikan pasangan ini menyembunyikan masalahnya.
Karakter Tokoh Berdasar Dialognya
Naskah drama tersusun atas dialog-dialog yang bertujauna
mengutarakan pendapat tokoh dan menentukan jalan cerita. Dalam naskah drama
diciptakan tokoh-tokoh pembawa dialog disertai dengan karakternya, begitupun
dengan naskah drama ini dilengkapi dengan dialog antar tokoh dan monolognya.
berikut dialog tokoh dan sifat tokoh dilihat dari dialognya:
a. Si Kakek
Tokoh Kakek dalam cerita ini menunjukkan berbagai sifat
jika dilihat dari peristiwa yang menimpanya. Sifat penyayang dan romantis
ditunjukkan dari diskripsi dan dialog pertamanya dengan si nenek seperti
berikut:
Kakek dan Nenek duduk berhadapan.
Beberapa saat mereka saling memandang, Beberapa saat
mereka saling tersenyum. Suatu saat mereka sama-sama menuju ke sofa, duduk
berdampingan, seperti sepasang pemuda dan pemudi. Setelah mereka ketawa kembali
mereka duduk berhadapan. Lalu beberapa saat saling memandang, tersenyum, lalu
ke sofa lagi duduk berdampingan, seperti pepasang pengantin, malu-malu dan
sebagainya, demikian seterusnya..
TIGA
Kakek : Sekarang
kau nyanyi.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek : Seperti
dulu.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek : Nyanyi seperti dulu.
Nenek : Malu
Kakek : Sejak
dulu kau selalu begitu.
Nenek : Habis kaupun
selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek : Sekarang
tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Nenek : Saya
tidak mau menyanyi.
Kakek : Kapanpun?
Nenek : Kapanpun.
Kakek : Juga
untuk saya.
Nenek : Juga
untuk kau.
Kakek : Sama
sekali?
Nenek : Sama
sekali.
Penggambaran
penyayang dan romantis tersebut dapat dijadiakn bukti sifat si kakek. namun,
sifat tersebut muncul ketika hubungannya dengan si nenek dalam keadaan baik.
Sisi lain si kakek ditunjukkan dengan sifatnya yang tidak tegas, sifat tersebut
didasari dari rasa bersalahnya karena telah membuat isterinya marah. sifat si
kakek yang lain yakni tidak mudah melupakan kenangan masa lalu. sifat ini
ditunjukkan dengan menyimpan kaktus masa lalunya di kakus, mengingat minuman
kesukaan mantan kekasihnya dan kebiasaanya menyirami bunga seperti masa lalu
seperti kutipan dialog tokoh lain yakni Wenas yang tak lain adalah masa lalunya
dengan pembantu berikut:
Janda : (Minum)
Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka minuman ini?
Pesuruh : Tuan besar sering
menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya tahu nyonya datang,
segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.
Janda : Nanti
dulu.
Pesuruh : Ya, nyonya?
Janda : Tuan
besar masih suka…
Pesuruh : Menyirami kaktus?
Janda : Ya?
Pesuruh : Tidak, nonya, tapi tuan
besar menyirami seluruh bunga sekarang, setiap pagi dan sore. Memang tengah
malam seringkali diam-diam ia menyirami kaktus yang ditaruh di dalam kakus.
Maaf nyonya, saya harus ke dalam.
b. Si Nenek
Sifat manja dan tidak mau mengalah kental dengan tokoh si
nenek. Hal seperti inilah yang menjadikan sebuah naskah dialog dan drama
menjadi menarik, yakni perpaduan antara berbagai karakter tokohnya. Sifat manja
dan tak mau mengalah si nenek ditunjukkan dari dialog bersama suaminya berikut:
Nenek : Selalu
kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit
Nenek : Sayang,
saya tidak mau memberi maaf kalau kau tidak mau juga berhenti menyebut-nyebut
soal kematian.
Nenek : Kalu
begitu, kau tak saya maafkan.
c. Wenas
Wenas dalam naskah ini berperan sebagai wanita
pengganggu, tentu saja sikapnya genit dan agak manja. Usaha Wenas untuk
memengaruhi rumah tangga si kakek berhasil ketika ia berhasil membuat suasana
panas dalam rumah tangga si kakek. sikap genit wenas ditunjukkan dalam kutipan
dialognya sebagai berikut:
Janda : Betul,
nyonya. Onda adalah lelaki yang amat lembut, malah sangat amat lembut. Onda
selalu cermat dalam memilih kata-kata dan juga saya kira ia tidak pernah
memakai tanda seru selama hidupnya.
Janda : (Menjerit)
Alangkah sejuknya. Terima kasih.
Janda : Alangkah
sejuknya susu panas ini.
Janda : Tua
dan tidak tua tetap saja ama, kaktus, misalnya.
Dari
kutipan dialog di atas ditunjukkan Wenas berusaha memuji si kakek di hadapan si
nenek dan menggunakan istilah genit dengan tingkah genit pula. Siakpnya yang
ingin memperkeruh suasana dalam keluarga si kakek terlihat ketika ia membahas
masalah kaktus yang sebelumnya diributkan dengan si nenek karena dianggap
memanasi hubungan kakek dan nenek.
d. tokoh lain
Dalam naskah ini tokoh lain dianggap sebagai pelengkap
peran, berarti hadirnya sebagai pelengkap jalannya cerita. seperti kedua
pembantu si kakek yakni Joni dan Nita tidak ada penerobosan sifat sebagai
pembantu yakni patuh kepada majikannya. Sementaara itu tokoh lain yakni Novia
bersifat seperti ibunya dan Nita memiliki pemikiran yang lebih
dewasa.
2.3 Hubungan Antar Tokoh Berdasar Dialognya
Analisis ini menunjukkan adanya dialog tokoh yang
berkaitan dengan karakter. Selain itu ada kaitannya dialog yang disampaikan
tokoh dengan tokoh lain karena setiap lawan bicara tokoh dianggap memiliki
tingkatan yang berbeda. Misalnya, ungkapan seorang majikan terhadap pembantunya
akan berbeda denga ungkapan seorang suami kepada isterinya. Kajian ini lah yang
diharapkan dapat menjadikan pemahaman pembaca mengenai naskah drama ini lebih
luas.
Dialog Kakek terhapap Nenek:
Awal adegan dalam naskah drama digambarkan sepasang
kakek-nenek bercengkerama mengenang masa lalu. Sikap kakek dan nenek
dapat dilihat dari cara ucap dan pemulihan kata si kakek seperti berikut:
Kakek : Sekarang
kau nyanyi.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek : Seperti
dulu.
Nenek menggeleng sambil tersenyum manja.
Kakek : Nyanyi seperti dulu.
Nenek : Malu
Kakek : Sejak
dulu kau selalu begitu.
Nenek : Habis
kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek : Sekarang
tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Kutipan dialog antara kakek dan nenek di atas
menunjukkan hubungan manja dan kerekaan dalam rumah tangga hingga tua. Ajakan
si kakek untuk bernyanyi adalah usahanya untuk mengenang masa lalu bersama
isterinya. Sementara tolakan daro isterinya karena merasa sudah tua dan merasa
suaranya tidak sebagus dahulu yang dihina oleh suaminya. Gambaran hubungan
suami-isteri dalam rumah tangga seperti ini banyak dijumpai dalam kehidupan
nyata. Gambaran tersebut merupakan sebuah awal drama, dengan alur maju dan
datar pengarang melukiskan ceritanya sejak awal kebahagiaan danmenyimpan cerita
selanjutnya untuk menumbuhkan imajinasi pembaca.
Selanjutnya, dalam sebuah karya sastra, dalam hal
ini drama terdapat konflik permulaan yang mendasari masalah dalam sebuah
naskah. Ditunjukkan dengan sikap kakek terhadap nenek dan sebaliknya.
Kakek : Kau
kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau menyanyi.
Nenek : Sayang,
kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada gunanya.
Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.
Kakek : Mati saya
tidak bahagia karena kau tidak maumenyanyi. Ini memang salah saya. Tetapi kalau
sejak dulu kau cukup mengerti bahwa saya memang sangat memainkan kau, tentu kau
bisa memaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira saya akan
menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau sedang menyanyikan sebuah
lagu di telinga saya.
Proses
masuknya masalah dalam naskah drama secara halus oleh pengarang unuk
memperindah karya tulis. Hal ini diperlukan agar merangsang pembaca untuk
mengalir mengikuti gaya tulisannya. Berawal dari dialog yang menunjukkan
kemesraan hubungan suami-isteri dilanjutkan dengan sedikit adu argumen dari
kedua tokoh. “Kau kejam. Saya sangat sedih.
Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau menyanyi”.
Perkataan si kakek tersebut sebenarnya adalah bujukan kepada si nenek untuk
menyanyikan sebuah lagu. Namun, si nenek yang jengah dengan bujukan tersebut
marah dan menunjukkan emosinya dengan mengulass masa lalu si kakek dengan
wanita lain. Akhirnya, si kakek mengalah dan menyanyikan sebait lagu untuk
meredam kemarahan si nenek. Dari gambaran tersebut ditarik pengetahuan bahwa
ternyata si kaket mudah merasa bersalah, sementara si nenek bersikap manja
kepada suaminya.
Sikap
terhadap tokoh lain semacam ini tentunya tergantung pada timbal balik tokoh
kepada tokoh lain. Misalnya saja dalam kehidupan sehari-hari kita akan bersikap
ramah ika sedang berbahagia dan sebaliknya, atau kita akan bersikap tidak baik
jika orang lain tidak baik terhadap kita. Gambaran sederhana seperti itulah
yang diluruskan dan ditekankan agar pembaca naskah maupun pementas drama mudah
mengimajinasikannya. Untuk mengetahui hal tersebut dalam naskah,
berikut kutipan konflik antara si kakek dan nenek
dan karakternya ketika sedang berkonflik:
Pesuruh : Ada
tamu, nyonya besar.
Nenek : Siapa?
Pesuruh : Nyonya
Wenas, nyonya.
Nenek : (Melirik
pada Kakek) Nyonya janda itu (kepada pesuruh) Sebentar saya ke depan.
Pesuruh exit.
Nenek : Kau
surati dia?
Kakek : Tidak.
Nenek : Kau
bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
Kakek : Saya
tidak tahu.
Nenek : Kau
bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
Ketika
pesuruh memberitahu bahwa ada tamu, sikap si nenek terhadap pesuruh berbeda
dengan sikapnya kepada si kakek. Dengan melontarkan pertanyaan /siapa?/
menunjukkan bahwa bahasa dan intonasi yang berbeda dalam sebuah drama
menentukan tingkatannya. Kalimat tanya tersebut tentunya diucapkan dengan intonasi
berbeda jika si nenek berbicara dengan orang yang berbeda pula. Lalu, nampak
jawaban pesuruh / Nyonya Wenas,
nyonya / menunjukkan rasa hormat terhadap
majikannya. Konflik sesungguhnya muncul ketika si nenek mengetahui bahwa yang
datang adalah Wenas, masa lalu si kakek. Timbullah rasa cemburu dan dianggap
mengganggu pesta berduanya. Si nenek keluar dan mengatakan bahwa ia sakit
merupakan luapan amarah dan rasa ingin diperhatikan karena cintanya terhadap si
kakek yang tidak ingin didekati oleh wanita lain.
Nenek :Kami sangat berharap sekali
nyonya hadir kemarin. Suami saya juga heran kenapa nyonya tidak datang kemudian.
Janda :Kami sakit.
Nenek :Kami? Maksud nyonya….
Janda :Ya, saya dan anjing
saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison
agak parah sakitnya.
Nenek :Kasihan. Sayang. (Heran
suaminya tidak ada). Dimana kau? Dia tadi disini. Sebentar, nyonya (beseru) Onda, dimana kau? (Exit)
Sikap
nenek terhadap Wenas ditunjukkan dengan sopan sekalipun dengan perasaan marah
dan cemburu. Ungkapan sopan tersebut telihat dibuat buat untuk menutupi
perasaan cemburunya. Terkadang naluri tersebut muncul dalam perasaan manusia
ketika harus marah namun harus tampak menyenangkan. Ungkapan kemarahan yang
tersembunyi si nenek tertuang ketika memenggil suaminya dengan kata /kau/ dan
/onda/.
Tokoh
lain dalam naskah drama yakni Wenas, pesuruh, Nita, Bustami, dan Novia dalam
naskah ini menerik untuk dikaji satu per satu. Wenas, si janda yang
dianggap mengganggu bersikap manja kepada suami orang. Hal inilah yang
menjadikan timbal balik sikap orang lain terhadap sikapnya. Sikap manja si
janda kepada suami si nenek didasari masa lalunya yang tidak bisa dilupakannya.
Dibuktikan dengan pertanyaan si janda kepada pesuruh dalam rumah tersebut
seperti berikut:
Janda : Siapa
yang memilih minuman ini?
Pesuruh : Saya
sendiri, nyonya, kenapa?
Janda : Ini
memang kesukaan saya.
Janda : (Minum)
Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka minuman ini?
Pesuruh : Tuan
besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya tahu
nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.
Janda : Tuan
besar masih suka…
Pesuruh : Menyirami
kaktus?
Janda : Ya?
Pesuruh : Tidak,
nonya, tapi tuan besar menyirami seluruh bunga sekarang, setiap pagi dan sore.
Memang tengah malam seringkali diam-diam ia menyirami kaktus yang ditaruh di
dalam kakus. Maaf nyonya, saya harus ke dalam.
Pesuruh
yang membuatkan minuman kesukaan Wenas mengetahui minuman kesukaannya karena
tuannya sering menceritakan hal tersebut kepada pembantunya. Dari sinilah
terbukti adanya hubungan tersembunyi yang disembunyikan si kakek kepada isterinya.
Sementara, dari dialog di atas terbukti bahwa kaktus pemberian Wenas masih
dipelihara dengan baik oleh si kakek. Benih-benih konflik halus seperti ini
dijelaskan dengan halus sehingga tak kentara oleh pembaca jika tidak dianalisis
dengan cermat.
Selain
hal di atas, penulis menunjukkan mula permasalahan pada diri Wenas. Kedatangan
Wenas ke rumah pasangan suami-isteri tersebut tidak lain adalah untuk mengusik
ketenangan hubungan rumah tangga yang baru saja menunaikan pesta perkawinan.
kejadian tersebut dibuktikan dari kutipan satu kalimat monolog dari
Wenas sebagai berikut:
Sambil
mengamati ruangan tengah itu nyonya Wenas membenahi dirinya.
Janda : Terlaknat
saya, kenapa saya jadi gemetar?
Ada
hal menarik dalam naskah drama ini, yakni trik pura-pura lupa yang dilakukan
oleh si kekek ketika ditemukan dengan Wenas. Penulis bukan, tanpa maksud
menengahkan masalah ini dalam naskah, tujuannya adalah menunjukkan adanya
hubungan masa lalu antara si kakek dengan Wenas yang tersembunyi. Masa lalu
keduanya dilampirkan tersirat untuk selanjutnya menentukan jalan cerita naskah
drama. Contoh kutipan amnesia sesaat si kakek:
Nenek : Selamat
datang, nyonya.
Janda : Selamat
atas….
Kakek : Terima
kasih. Maaf , nyonya Tampubolon?
Nenek : Kau
pelupa benar.
Kakek : Siapa
bilang, Nyonya pasti nyonya Mangandaralam.
Nenek : Sayang,
ini nyonya Wenas.
Kakek : Ya,
saya maksud nyonya Wnas. Apa kabar suami nyonya?
Langkah
masalah selanjutnya dikisahkan dengan perang bisu antara si kakek dan nenek.
Lantaran si nenek cemburu tak tertolong. Si kakek berusaha membujuk agar
melupakan masalah segala masalah dirinya dengan Wenas. Dalam naskah ini
kecemburuan si nenek terlupakan oleh masalah yang timbul dari anaknya, Novia
yang mengalami masalah sama dengan hubungan si kakek-nenek. Novia tidak betah
hidup bersama suaminya yang seorang dokter dan dianggap kerap bermesraan dengan
pasian yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Berawal dari masalah
inilah perteangkaran si kakek dan nenek mereda, bahkan keduanya menasehati
anaknya untuk tidak bercerai dan memikirkan kedua anaknya. Secara tidak
langsung si kakek dan nenek merasa tertohok dengan kejadian tersebut. Kemarahan
Novia dan itikadnya untuk menceraikan suaminya mirip dengan peristiwa yang
dialaminya. Si nenek berpikir bahwa ia masih memunyai orang tersayang yang
hidup disampingnya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pasangan tersebut yakni
untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga tidak mudah, namun untuk melepaskan
sebuah jalinan keluarga juga memerlukan pertimbangan kanan dan kiri. fenomena
kawin-cerai ayng populer di kalangan artis saat ini dijadikan contoh oleh
masyarakat laus, sehinggaa tanpa pikir panjang sebuah hubungan rumah tangga
dapat dipisahkan hanya karena massalah sepele dalam keluarga.
terima kasih mas atas informasinya
BalasHapussangat membantu sekali
Tugas sekolah kami
BalasHapusKak ko gk ada prolog dialog epilognya
BalasHapusBoleh minta skrip naskahnya kaa
BalasHapus